Penerapan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah (SBM)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berpikir diperlukan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui berpikir manusia dapat mengenali masalah, memahami dan memecahkannya. Di kalangan mahasiswa, kegiatan berpikir juga amat diperlukan dalam perkuliahan. Belajar merupakan kegiatan dominan dalam perkuliahan mahasiswa. Menurut Sperling, berpikir merupakan langkah awal di dalam belajar. Berpikir itu sendiri memiliki empat aspek yaitu penyusunan konsep, pemecahan masalah, penalaran formal, dan pengambilan keputusan. Berpikir kritis adalah cara pengambilan keputusan tingkat tinggi. Selain itu, berpikir kritis adalah logis dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan mengenai hal yang akan dipercaya atau dilakukan.

Berfikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan, merupakan proses yang “dialektis” yang berarti bahwa selama berpikir, pikiran dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan . Kompetensi berpikir kritis dan kreatif di kalangan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam era persaingan global, karena tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala aspek kehidupan modern ini semakin tinggi. Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan produktif tergolong kompetensi tingkat tinggi (high order competencies) dan dapat dipandang sebagai kelanjutan dari kompetensi dasar (basic skills) dalam pembelajaran sejarah.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Apakah hakikat berpikir kritis?
  2. Bagaimanakah mengembangkan berpikir kritis?
  3. Bagaimanakah penerapan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah?

1.3 Manfaat dan Tujuan

  1. Untuk mengetahui hakikat berpikir kritis
  2. Untuk mengetahui mengembangkan berpikir kritis
  3. Untuk mengetahui penerapan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah

BAB II PEMBAHASAN

 

2.1 Hakikat Berpikir Kritis

2.1.1 Definisi Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan tingkat tinggi yang sangat penting diajarkan kepada siswa selain keterampilan berpikir kreatif. Berikut ini disajikan 10 buah definisi mengenai berpikir kritis (keterampilan berpikir kritis).

  1. Definisi berpikir kritis menurut Ennis (1962) : Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
  2. Definisi berpikir kritis menurut Beyer (1985) : Berpikir kritis adalah kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6) mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.
  3. Definisi berpikir kritis menurut Mustaji (2012): Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2) membuat kategori, (2) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab, (4) membuat sekuen / urutan, (5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6) membuat ramalan.
  4. Definisi berpikir kritis menurut Walker (2006) :Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.
  5. Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah (2007):Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan  mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.
  6. Definisi berpikir kritis menurut Chance (1986) :Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.
  7. Definisi berpikir kritis menurut Mertes (1991) :Berpikir kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.
  8. Definisi berpikir kritis menurut Paul (1993) :Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
  9. Definisi berpikir kritis menurut Halpern (1985) :Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan.
  10. Definisi berpikir kritis menurut Angelo (1995):Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi.

Menurut Langrehr (2006), terdapat tiga jenis informasi yang disimpan atau diingat dalam otak. Ketiga jenis informasi itu adalah : (1) Isi (content) yaitu apa yang dipikirkan tentang berbagai simbol, angka, kata, kalimat, fakta, aturan, metode, dan sebagainya; (2) Perasaan (feelings) tentang isi; (3) Pertanyaan (questions) yang digunakan untuk memproses atau untuk mempergunakan isi. Oleh karena itu seorang anak dapat memiliki tiga kecerdasan, yaitu kecerdasan isi, kecerdasan emosional, dan kecerdasan memproses.

Beberapa keterampilan berpikir yang dapat meningkatkan kecerdasan memproses adalah keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan mengorganisir otak, dan keterampilan analisis.

Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :

  • Mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan.
  • Mencari alasan.
  • Berusaha mengetahui informasi dengan baik.
  • Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya.
  • Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan.
  • Berusaha tetap relevan dengan ide utama.
  • Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar.
  • Mencari alternatif.
  • Bersikap dan berpikir terbuka.
  • Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu.
  • Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan.
  • Bersikap secara sistimatis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.

Indikator kemampuan berpikir kritis yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 1 adalah mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 3, 4, dan 7 adalah mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 2, 6, dan 12 adalah mampu memilih argumen logis, relevan dan akurat. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 8 dan 10, dan 11 adalah mampu mendeteksi bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda. Indikator yang diturunkan dari aktivitas kritis no. 5 dan 9 adalah mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan.

Beyer (dalam Hassoubah, 2004) mengatakan bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi beberapa kemampuan sebagai berikut :

  • Menentukan kredibilitas suatu sumber.
  • Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan.
  • Membedakan fakta dari penilaian.
  • Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan.
  • Mengidentifikasi bias yang ada.
  • Mengidentifikasi sudut pandang.
  • Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Sementara   itu   Ellis   (dalam Rosyada, 2004)   mengemukakan   bahwa keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan-kemampuan sebagai berikut :

  • Mampu membedakan antara fakta yang bisa diverifikasi dengan tuntutan nilai.
  • Mampu membedakan antara informasi, alasan, dan tuntutan-tuntutan yang relevan dengan yang tidak relevan.
  • Mampu menetapkan fakta yang akurat.
  • Mampu menetapkan sumber yang memiliki kredibilitas.
  • Mampu mengidentifikasi tuntutan dan argumen-argumen yang ambiguistik.
  • Mampu mengidentifikasi asumsi-asumsi yang tidak diungkapkan.
  • Mampu menditeksi bias.
  • Mampu mengidentifikasi logika-logika yang keliru.
  • Mampu mengenali logika yang tidak konsisten.
  • Mampu menetapkan argumentasi atau tuntutan yang paling kuat.

Nickerson (dalam Schfersman,1991) seorang ahli dalam berpikir kritis menyampaikan ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebiasaan dalam bertindak sebagai berikut:

  • Menggunakan fakta-fakta secara mahir dan jujur.
  • Mengorganisasi pikiran dan mengartikulasikannya dengan jelas, logis atau masuk akal.
  • Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid.
  • Mengidentifikasi kecukupan data.
  • Memahami perbedaan antara penalaran dan rasionalisasi.
  • Mencoba untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari berbagai kegiatan.
  • Memahami ide sesuai dengan tingkat keyakinannya.
  • Melihat similiritas dan analogi secara tidak dangkal.
  • Dapat   belajar   secara   independen   dan mempunyai perhatian yang tak kunjung hilang dalam bekerjanya.
  • Menerapkan teknik problem solving dalam domain lain dari yang sudah dipelajarinya.
  • Dapat menyusun representasi masalah secara informal ke dalam cara formal seperti sejarah dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
  • Dapat menyatakan suatu argumen verbal yang tidak relevan dan mengungkapkan argumen yang esensial.
  • Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan.
  • Sensitif terhadap perbedaan antara validitas dan intensitas dari suatu kepercayaan dengan validitas dan intensitas yang dipegangnya.
  • Menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas, banyak fakta yang harus dijelaskan dengan sikap non inquiri.
  • Mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat, kemungkinan bias dalam pendapat, dan mengenali bahaya dari pembobotan fakta menurut pilihan pribadi.

Selain itu, Gokhale (1995) dalam penelitiannya yang berjudul Collaborative Learning Enhances Critical Thinking menyatakan bahwa yang dimaksud dengan soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis, dan evaluasi dari suatu konsep.

Cotton (1991), menyatakan bahwa berpikir kritis disebut juga berpikir logis dan berpikir analitis. Selanjutnya menurut Langrehr (2006), untuk melatih berpikir kritis siswa harus didorong untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut : (1) Menentukan konsekuensi dari suatu keputusan atau suatu kejadian; (2) Mengidentifikasi asumsi yang digunakan dalam suatu pernyataan; (3) Merumuskan pokok-popok permasalahan; (4) Menemukan adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Mengungkapkan penyebab suatu kejadian; (6) Memilih fakor-faktor yang mendukung terhadap suatu keputusan.

Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan dirumuskan pengertian kemampuan berpikir kritis mencakup: (1) Kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan; (2) Kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan; (3) Kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil; (4) Kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; (5) Kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah; (6) Kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah.

2.1.2 Ciri Berpikir Kritis

Menurut Paul & Elder (2005), berpikir kritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas.

Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif.

Beberapa hal yang menjadi ciri khas dari pemikir kritis itu sendiri adalah:

  1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada.
  2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis.
  3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks

Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigma egosentris dan sosiosentris kita.

Saat kita mulai untuk berpikir kritis, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan disini, yaitu

  1. Mulailah dengan berpikir apa dan kenapa, lalu carilah arah yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut.
  2. Tujuan pertanyaan akan apa dan kenapa
  3. Informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan diatas.
  4. Kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan.
  5. Kejelasan dari solusi permasalahan/pertanyaan.
  6. Konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan.
  7. Mengevaluasi kembali hasil pemikiran kita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision) relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).

Kriteria-kriteria di atas tentunya harus menggunakan elemen-elemen penyusun kerangka berpikir suatu gagasan atau ide. Sebuah gagasan/ide harus menjawab beberapa hal sebagai berikut.

  1. Tujuan dari sebuah gagasan/ide
  2. Pertanyaan dari suatu masalah terhadap gagasan/ide
  3. Sudut pandang dari gagasan/ide
  4. Informasi yang muncul dari gagasan/ide
  5. Interpretasi dan kesimpulan yang mungkin muncul.
  6. Konsep pemikiran dari gagasan/ide tersebut
  7. Implikasi dan konsekuensi
  8. Asumsi yang digunakan dalam memunculkan gagasan/ide tersebut

Dasar-dasar ini yang pada peinsipnya perlu dikembangkan untuk melatih kemampuan berpikir kritis kita. Jadi, berpikir kritis adalah bagaimana menyeimbangkan aspek-aspek pemikiran yang ada di atas menjadi sesuatu yang sistemik dan mempunyai dasar atau nilai ilmiah yang kuat. Selain itu, kita juga perlu memperhitungkan aspek alamiah yang terdapat dalam diri manusia karena hasil pemikiran kita tidak lepas dari hal-hal yang kita pikirkan.

Sebagaimana fitrahnya, manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah.

Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pemecah masalah bangsa Indonesia ini.

Adapun ciri-ciri dari berpikir kritis menurut Barry. K.Beyer (1988:71), dalam Mardiana mengemukakan ciri-ciri berpikir kritis diantaranya sebagai berikut:

  1. Distingushing between statement of verifiable facts and value calims.
  2. Distinguishing relevan from irrelevant information, claim or reason.
  3. Determining the factual accuracy of a stataement.
  4. Determining the credibillirty of written source
  5. Identifying ambiguous claims or arguments
  6. Identifying unstated assumptions
  7. Detecting bias.
  8. Identifying logical fallacies.
  9. Recognizing logical inconsistencies in all line of reasoning.
  10. Determining the strenght of argument or claim.

Dari ciri-ciri tersebut, yang lebih dominan adalah membedakan antara pernyataan yang tidak sesuai dengan informasi, menentukan keakuratan fakta dari suatu pernyataan, mengidentifikasi alasan yang mempunyai arti mendua, memperkenalkan ketidaktepatan logis dalam suatu kerangka berpikir. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri tersebut sesuai dengan pola berpikir anak dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Setiap anak mampu berpikir kritis sesuai dengan tingkat kemampuan berpikirnya. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran kemampuan tersebut harus dikembangkan.

Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keterampilan berpikir itu dapat dilatih dan dikembangkan. R.Swart dalam Zaleha (2002: 95) mengemukakan beberapa cara dan strategi dalam melatih siswa berpikir kritis diantaranya:

  1. Membaca dengan kritis. Untuk berpikir kritis seseorang harus membaca secara dengan kritis pula.
  2. Meningkatkan daya analisis
  3. Mengembangkan kemampuan observasi
  4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi
  5. Metakognisi/memahami cara berpikir sendiri.
  6. Mengamati model dalam berpikir kritis
  7. Diskusi yang kaya

Keterampilan berpikir kritis sangat perlu dan penting untuk dikembangkan pada diri siswa. Dengan kemampuan ini diharapkan siswa dapat menjadikan hidupnya lebih baik lagi. Richard W. Paul dalam Rahmawati (2006:62) mengemukakan pentingnya keterampilan berpikir kritis bagi siswa. Ia berpendapat bahwa, hanya ketika kita mengembangkan keterampilan berpikir kritis terhadap mata pelajaran, berarti kita mendidik anak untuk menguji struktur logika dan menguji pengalamannya dari berbagai aspek sehingga pada akhirnya akan menjadikan mereka menjadi orang dewasa yang kritis.

Untuk mengevaluasi apakah seseorang telah berpikir kritis sebenarnya sangat sulit untuk diketahui karena berpikir kritis merupakan sesuatu yang abstrak. Namun demikian untuk menilai kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dalam diskusi dan berinteraksi dengan temannya.

Berikut ini ukuran dan kriteria seseorang dikatakan berpikir kritis menurut L.M. Sartolli, (1989) dalam Zaleha,

  • Menghadapi tantangan demi tantangan dengan alasan-alasan
  • Memberikan contoh-contoh dan argumen yang berbeda dari yang sudah ada.
  • Mencari dan memaparkan hubungan antara masalah atau pengalaman lain yang relevan
  • Menghubungkan masalah khusus yang menjadi subjek diskusi dengan prinsip yang lebih bersifat umum
  • Menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan beraturan
  • Meminta klarifikasi
  • Menanyakan sumber informasi
  • Berusaha untuk memahami
  • Mendengarkan dengan hati-hati
  • Mendengarkan agar pikiran terbuka
  • Berbicara dengan bebas
  • Bersikap sopan
  • Mencari dan memberikan ide dan pilihan variasi

Apabila siswa telah sesuai dengan kriteria diatas maka itu berarti dirinya sudah dapat menunjukkan keterampilan berpikir kritis. Sedangkan ciri-ciri berpikir kritis menurut Ennis dalam Mardiana (2007:61) adalah:

  1. Mencari pertanyaan yang jelas dari setiap pertanyaan.
  2. Mencari alasan
  3. Berusaha mengtahui informasi dengan baik
  4. Memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya
  5. Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan
  6. Berusaha tetap relevan dengan ide utama
  7. Mengingat kepentingan yang asli dan mendasar
  8. Mencari alternatif
  9. Bersikap dan berpikir terbuka.
  10. Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu
  11. Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan
  12. Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah.
  13. Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis dapat dimiliki seseorang melalui proses belajar yang tentunya dengan memiliki kemampuan dan kecakapan dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara optimal.

2.2 Mengembangkan Berpikir Kritis

Menurut Sperling, berpikir merupakan langkah awal di dalam belajar. Berpikir itu sendiri memiliki empat aspek yaitu penyusunan konsep, pemecahan masalah, penalaran formal, dan pengambilan keputusan. Andrew B.Crider, Benjafiled menyebut ada dua jenis berpikir yang lain yaitu berpikir analitis dan berpikir sintetis. Berpikir analitis tidak lebih dari penarikan kesimpulan berdasarkan premis sedangkan berpikir sintetis tidak menarik kesimpulan atas premis-premis sebab kesimpulan tidak diperlukan di dalam membentuk objek mental. Zimbardo dan Ruch mengatakan bahwa berpikir berada pada dua hal yang bertentangan yaitu berpikir austik dan berpikir realistik. Berpikir austik adalah sebuah proses ideosinkresi yang melibatkan fantasi, mimpi dan peristiwa ketaksadaran. Di dalam berpikir realistik, kehendak pribadi dan keyakinan kita berada di bawah dan dikoreksi oleh kenyataan eksternal tentang kita. Menurutnya, ketika pikiran kita tidak didukung oleh kenyataan kita cenderung mengubah pikiran kita. Selain uraian diatas, jenis lain dari berpikir adalah berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah cara pengambilan keputusan tingkat tinggi. Selain itu, berpikir kritis adalah logis dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan mengenai hal yang akan dipercaya atau dilakukan. Definisi tersebut mengimplikasikan lima hal (1) berpikir logis dengan menggunakan alasan-alasan yang baik; (2) berpikir reflektif dengan secara sadar mencari dan menggunakan alasan-alasan yang baik; (3) berpikir terfokus, yaitu berpikir untuk tujuan tertentu; (4) pengambilan keputusan mengenai hal yang akan dipercaya atau diyakini dengan mengevaluasi pernyataan atau perbuatan; (5) kecenderungan dan kemampuan, yaitu kemampuan kognitif dan kecenderungan untuk menggunakan kemampuan tersebut.

Dari uraian di atas dapat disintesiskan bahwa berpikir kritis digunakan untuk memecahkan masalah, berlatih dengan bukti verbal maupun nyata dengan terlebih dahulu melihat tujuan, kemudian mencari, menggunakan, dan mengevaluasi alasan-alasan yang baik agar dapat mengambil keputusan yang terbaik dalam memecahkan masalah tersebut. Berpikir kritis berarti (a) belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya dan pertanyaan apa yang akan diajukan; (b) belajar bagaimana bernalar, kapan menggunakan penalaran dan metode penalaran apa yang digunakan. Seseorang dapat dikatakan dapat berpikir kritis apabila dapat menguji pengalaman, menilai pengetahuan dan gagasan dan menimbang argumen-argumen sebelum sampai pada penilaian. Pendapat ini mendeskripsikan bagaimana proses berpikir kritis yang mencakupi kapan dan bagaimana bertanya dan pertanyaan apa yang akan diajukan, serta bagaimana bernalar dan menggunakan penalaran itu, sehingga seeorang dapat berpikir kritis jika dapat mempertimbangkan berbagai argumen dan menilainya sebelum mengambil keputusan. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Eylon dan Linn, Newmann, dan Resnik menyebutkan bahwa berpikir kritis tidak otomatis ada pada orang dewasa.

Berpikir kritis merupakan bagian dari pemecahan masalah. Kurland berpendapat bahwa berpikir kritis adalah suatu teknik untuk mengevaluasi informasi dan gagasan agar dapat memutuskan apa yang akan diterima dan dipercaya. Berpikir kritis mencakup refleksi terhadap validitas dari hal-hal yang telah dibaca dalam kaitannya dengan pengetahuan awal dan dunia (pengetahuan umum). Selanjutnya Kurland lebih menekankan pada evaluasi gagasan, untuk memutuskan yang terbaik yang dianggap paling benar.Kurland lebih lengkap menguraikan tentang berpikir kritis. Menurutnya, berpikir kritis mencakup kombinasi beberapa kemampuan, di ataranya rasionalitas, kesadaran diri, kejujuran dan pemikiran terbuka, displin,dan penilaian .

Teori lain tentang berpikir kritis menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan pertimbangan yang terarah dan bertujuan yang menimbulkan interpretasi, analisis, evaluasi dan inferensi dan juga penjelasan mengenai pertimbangan evidensial (bukti), konsep, metodologi, kriteriologis (berkriteria) atau kontekstual yang menjadi dasar pertimbangan / penilaian. Dengan kata lain, berpikir kritis mempertimbangkan berbagai hal yang didasarkan pada bukti-bukti agar dicapai keputusan yang terbaik. Tiga elemen kunci tentang berpikr kritis adalah, pertama, memahami sebuah masalah dengan lebih dari sekedar cara dangkal. Kedua, secara logis menganlisis masalah dan kemungkinan pemecahannya.Ketiga, memilih sebuah pemecahan yang menjadi persoalan kemudian kapan seseorang dapat berpikir kritis? Untuk menjawab pertanyaan ini ada dua pendapat yang saling melengkapi.

Pertama, Munandar mengemukakan dasar berpikir kritis adalah tahapan- tahapan tingkat perilaku kognitif Taksonomi Bloom, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,analisis, sintesis, dan evaluasi. Berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi mulai dari tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi. Meskipun demikian, selain berkaitan erat dengan domain kognitif, berpikir kritis juga memiliki percabangan dengan domain afektif dan psikomotorik.

Kedua, Fisher mengemukakan berpikir kritis sinonim dengan pengertian ”penilaian” ( evaluation ); jadi berpikir kritis adalah proses berpikir paling tinggi. Jika demikian, jelaslah bahwa seseorang dapat dikatakan telah berpikir kritis apabila berpikir pada tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi. Apabila dikaitkan dengan revisi taksonomi Bloom yang dikemukakan oleh Anderson dan kawan-kawan maka sebetulnya berpikir kritis itu berada pada setiap kategori pengetahuan dan tiga tingkatan proses kognitif. Empat kategori pengetahuan yang dimaksud oleh Anderson dkk adalah pengetahuan factual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Setiap kategori pengetahuan ini memiliki enam proses kognitif, yaitu mengingat, memahami, melaksanakan, menganalisa, mengevaluasi dan mencipta. Tiga tingkat pengetahuan yang dikemukakan ini yang termasuk ke dalam kategori berpikir kritis adalah menganalisa mengevaluasi dan mencipta. Dari sejumlah teori pada ahli di atas terlihat bahwa pada hakikatnya berpikir kritis merupakan sebuah proses memiliki syarat dan ciri-ciri. Dari segi ciri-ciri berpikir kritis pada dasarnya adalah kegiatan bertanya dan merupakan kegiatan kognitif dari tingkat menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.

Dari segi proses, dapatlah disintesiskan bahwa berpikir kritis adalah proses berpikir dengan menggunakan penalaran formal, dimulai dari pengenalan masalah secara tepat hingga pengambilan beragam keputusan yang berterima. Dari segi syarat, agar dapat berpikir kritis kegiatan didahului oleh membaca kritis dan didasarkan kepada bukti yang memadai. Apa yang dibaca akan dinilai berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Setelah dianalisis, dievaluasi informasi dari berbagai sumber maka diharapkan sampai pada penarikan kesimpulan dengan penalaran logis. Secara operasional kegiatan berpikr kritis dimulai dari memahami masalah, penilaian berdasarkan informasi dari berbagai sumber dan penarikan kesimpulan dengan penalaran logis

2.3 Penerapan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah

Seperti yang dikemukakan oleh Isjoni, bahwa tujuan pembelajaran Sejarah pada satuan pendidikan adalah:

  1. Memiliki kemampuan
  2. Memiliki pengetahuan dan pemahaman peristiwa
    1. Memiliki kemampuan berpikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memamfaatkan pengetahuan sejarah.
    2. Memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya guna menentukan keabsahan informasi tersebut
    3. Memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
  3. Memiliki kesadaran sejarah dalam arti:
    1. Memiliki kesadaran akan penting dan berharganya waktu untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.
    2. Kesadaran akan terjadinya perubahan terus menerus sepanjang kehidupan umat manusia serta lingkungannya.
    3. Memiliki kemampuan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah.
    4. Memiliki kemampuan untuk menyaring nilai-nilai yang terkandung di dalam sejarah, memilih serta mengembangkan nilai-nilai yang positif menjadi milik dirinya.
    5. Memiliki kemampuan kesadaran untuk mengambil teladan yang baik dari para tokoh pelaku dalam berbagai peristiwa sejarah.
    6. Memiliki kemampuan dan kesadaran untuk tidak mengulangi lagi atau menghindari dan meniadakan hal-hal yang bersifat negatif dalam peristiwa sejarah.
  4. Memiliki wawasan sejarah dalam arti:
    1. Memiliki wawasan tentang kelangsungan dan perubahan (continuity and change) dalam sejarah sebagai satu kesatuan tiga dimensi waktu, masa yang lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang
    2. Memiliki wawasan tentang tiga dimensi waktu sejarah sebagai rangkaian kausalitas sejarah.
    3. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman dalam sejarah masa lampau, melihat kenyataan sekarang dan mengutamakan pandangan masa depan yang lebih maju dan bermutu baik.

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah merupakan salah satu wahana dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang tidak hanya merupakan penyampaian materi saja tetapi sebagai upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan siswa.

Dalam hal ini ketrampilan berpikir pada pembelajaran sejarah sangat diperlukan agar siswa memiliki kompetensi artinya kesadaran sejarah sebagai akibat pengembangan pembelajaran intelektual diharapakan dapat lebih menumbuhkan nasionalisme tentang kekuatan suatu bangsa dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan global.

Jadi pembelajaran Sejarah bukan hanya untuk menanamkan pemahaman masa lampau hingga masa kini, menumbuhkan perkembanhan masyarakat kebangsaan dan cinta tanah air, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan memperluas wawasan hubungan masyarakat antar bangsa didunia, melainkan ditekankan pada kegiatan yang dapat memberikan pengalaman untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan kecintaan pada manusia secara universal.

Pembelajaran Sejarah juga menekankan pada cara berpikir, bernalar dan memiliki kematangan emosional dan sosial serta mampu meningkatkan kepekaan perasaan dan kemampuan siswa dalam menghargai dan memahami perbedaan sebagai bagian dari proses pemahaman nilai-nilai yang fungsional.

 


 

BAB III SIMPULAN

Kemampaun berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu   proses   intelektual   yang   melibatkan   pembentukan   konsep (conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan.   Berpikir   adalah   satu   keaktifan   pribadi   manusia   yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman yang kita kehendaki.

Dalam hal ini ketrampilan berpikir pada pembelajaran sejarah sangat diperlukan agar siswa memiliki kompetensi artinya kesadaran sejarah sebagai akibat pengembangan pembelajaran intelektual diharapakan dapat lebih menumbuhkan nasionalisme tentang kekuatan suatu bangsa dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan global.

Jadi pembelajaran Sejarah bukan hanya untuk menanamkan pemahaman masa lampau hingga masa kini, menumbuhkan perkembanhan masyarakat kebangsaan dan cinta tanah air, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan memperluas wawasan hubungan masyarakat antar bangsa didunia, melainkan ditekankan pada kegiatan yang dapat memberikan pengalaman untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan kecintaan pada manusia secara universal.

DAFTAR PUSTAKA

 

Murtadho, Fathiaty. 2012. Jurnal “Berpikir Kritis dan Strategi Metakognisi: Alternatif Sarana Pengoptimalan Latihan Menulis Argumentasi” State University of Jakarta, Indonesia : fathiaty_murtadho@yahoo.com

Munandar, S. C. Utami. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan : Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Critical Thinking . http://www/cof./teach/for 442/ct.html (diunduh 4 Oktober 2014)

Critical Analysis . http://www.siue.edu/WRITE/lcs3,html (diunduh 4 Oktober 2014).

Leave a comment